Maret 13, 2009

Apakah teknik radiokarbon dapat digunakan untuk mengetahui umur apa saja?

Apakah teknik radiokarbon dapat digunakan untuk mengetahui umur apa saja?
oleh korewa pada Agustus 02, 2008, 09:46:00 Teknik ini tidak akan menolong kita jika yang ingin kita ketahui umurnya masih hidup, misalnya teman mengobrol kita lewat internet yang mengaku 25 tahun. Penentuan umur menggunakan teknik radiokarbon (radiocarbon dating) berguna untuk menentukan umur tumbuhan atau sisa hewan yang mati sekitar lima ratus hingga lima puluh ribu tahun lampau.

Sejak ditemukan oleh gurubesar kimia University of Chicago, Willard F. Libby (1908-1980) sekitar tahun 1950-an (ia menerima Hadiah Nobel untuk penemuan tersebut pada tahun 1960), teknik radiokarbon telah menjadi perkakas riset sangat ampuh dalam arkeologi, oseanografi, dan beberapa cabang ilmu lainnya. Agar teknik radiokarbon dapat memberitahu umur sebuah objek, objek tersebut harus mengandung carbon organic, yakni karbon yang pernah menjadi bagian dalam tubuh tumbuhan atau hewan. Metode radiocarbon dating memberitahu kita berapa lama yang lalu suatu tumbuhan atau hewan hidup, atau lebih tepat, berapa lama yang lalu tumbuhan atau hewan itu mati.

Uji radiocarbon dapat dilakukan terhadap bahan-bahan seperti kayu, tulang, arang dari perapian perkemahan atau gua purba, atau bahkan kain linen yang digunakan untuk membungkus mummi, karena kain linen itu terbuat dari serat tanaman flax. Karbon adalah salah satu unsur kimia yang dikandung oleh setiap makhluk hidup dalam bentuk macam-macam bahan biokimia, dalam protein, karbohidrat, lipid, hormone, enzim, dsb. Sesungguhnya, ilmu kimia yang mempelajari bahan kimia berbasis karbon disebut “kimia organik” karena dahulu orang yakin bahwa satu-satunya tempat bagi bahan kimia ini adalah makhluk hidup. Kini, orang tahu bahwa kita dapat membuat segala macam bahan kimia organik berbasis karbon dari minyak bumi tanpa harus mengambil dari tumbuhan atau hewan.

Tetapi, karbon dalam makhluk hidup berbeda dalam satu hal penting dari karbon dalam bahan-bahan bukan makhluk hidup seperti batu bara, minyak bumi, dan mineral. Karbon “hidup” mengandung sejumlah kecil atm karbon jenis tertentu yang disebut karbon-14, sedangkan karbon”mati” hanya mengandung atom-atom karbon-12 dan karbon-13. Ketiga macam atom-atom karbon berbeda itu disebut isotop-isotop karbon; mereka semua mempunyai perilaku sama secara kimiawi, tetapi mempunyai berat yang berbeda-beda, atau lebih tepat, mempunyai massa berbeda-beda.

Yang unik seputar karbon-14, disamping massanya, adalah karena mereka radioaktif. Yakni, mereka tidak stabil dan cenderung melapuk, terpecah sambil menembakkan partikel-partikel subatom: disebut partikel-partikel beta. Dengan demikian semua makhluk hidup sebetulnya bersifat radioaktif, meskipun sedikit, yaitu karena memiliki karbon-14. Betul termasuk anda dan saya, kita semua radioaktif. Orang dengan berat 68 kg mengandung sekitar sejuta miliar atom karbon-14 yang menembakkan 200.000 partikel beta setiap menit!!

dari http://www.forumsains.com/artikel/apakah-teknik-radiokarbon-dapat-digunakan-untuk-mengetahui-umur-apa%20saja/

Mengenal Hidrogen Peroksida (H2O2)

dari http://www.forumsains.com/artikel/mengenal-hidrogen-peroksida-h2o2/
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone.

H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun.

Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O) dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai berikut:

H2O2 -> H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:

1. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin
2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn
3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10oC (dalam range temperatur 20-100oC)
4. Permukaan container yang tidak rata (active surface)
5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya
6. Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi
7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek

Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent pada industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen, makanan dan minuman, medis, serta industri elektronika (pembuatan PCB).

Salah satu keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Kekuatan oksidatornya pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh dalam industri pulp dan kertas, penggunaan hidrogen peroksida biasanya dikombinasikan dengan NaOH atau soda api. Semakin basa, maka laju dekomposisi hidrogen peroksida pun semakin tinggi. Kebutuhan industri akan hidrogen peroksida terus meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun saat ini di Indonesia sudah terdapat beberapa pabrik penghasil hidrogen peroksida seperti PT Peroksida Indonesia Pratama, PT Degussa Peroxide Indonesia, dan PT Samator Inti Peroksida, tetapi kebutuhan di dalam negeri masih tetap harus diimpor.

referensi:

http://www.h2o2.com/intro/overview.html

Daya Kerja Deterjen

Dari http://www.forumsains.com/artikel/daya-kerja-deterjen/
Sebagai bahan pembersih lainnya, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. sekitar tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan busa. Namun karena sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan tanah, akhirnya digantikan dengan senyawa Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.

Pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.

Penggunaan sabun sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di wilayah pegunungan atau daerah pemukiman bekas rawa sering tidak menghasilkan busa. Hal itu disebabkan oleh sifat sabun yang tidak akan menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah (air yang mengandung logam-logam tertentu atau kapur). Namun penggunaan deterjen dengan air yang bersifat sadah, akan tetap menghasilkan busa yang berlimpah.

Sabun maupun deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih. Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa.

Opini yang sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan daya kerja deterjen adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung ada atau tidaknya busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan. Kemampuan daya pembersih deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air panas akan menyebabkan warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna, sebaiknya jangan menggunakan air hangat/panas.

Pemakaian deterjen juga kerap menimbulkan persoalan baru, terutama bagi pengguna yang memiliki sifat sensitif. Pengguna deterjen dapat mengalami iritasi kulit, kulit gatal-gatal, ataupun kulit menjadi terasa lebih panas usai memakai deterjen.

Maret 02, 2009

Pembuatan Gula Batu

Dasar : Larutan kental gula yang murni di dinginkan secara lambat sehingga terjadi Kristal-kristal gula yang besar-besar yang disebut gula batu.
Bahan :
1. Gula pasir 1 kg
2. Air 450 ml
3. Air kapur 30-40 ml
4. Putih telur
Alat-alat:
1. Panci email atau gelas beker
2. Pemanas
3. Isolator (dari jerami, kulit padi, serbuk gergaji, dsb)
4. Kain saringan yang bersih
5. Bak/kaleng untuk tempat pengkristalan yang bagian dalamnya dilapis kertas minyak dan diberi benang-benang yang digantungkan
Cara pembuatan:
1. Melarutkan gula dalam panci. Setelah semua gula larut, saring kotoran yang ada dengan kain penyaring atau jika larutannya terlalu banyak maka dapat dengan menambahkan putih telur yang telah dikocok (1 butir telur cukup untuk 30 kg gula)
2. Larutan gula yang telah bersih ini kemudian ditambah air kapur yang jernih dan dipanaskan terus sambil terus diaduk.
3. Pemanasan dilakukan sampai mendapat larutan gula yang kental dan suhunya ± 1150 C.
4. Selanjutnya larutan gula yang panas ini di tuangkan ke dalam bak/kaleng pengkristalan yang sebelumnya ditanam dalam isolator dan disimpan selama ± 1 minggu, agar terjadi proses pengkristalan yang perlahan-lahan.

Pembuatan Ekstrak Kopi

Bahan :
1. Kopi bubuk ½ kg
2. Gula pasir 100 gr
3. Garam 1 gr
4. Air mendidih ½ liter
Alat-alat:
1.Panci email atau gelas beker
2. Pemanas
3.Pengaduk gelas
4. Saringan
5.Corong
Cara pembuatan:
1.Gula dipanaskan dalam panic dengan diberi sedikit air (± 1 sendok makan) agar lekas melebur, sambil selalu diaduk
2.Setelah gula kecoklatan, tambah kopi bubuk dan garam ke dalamnya
3.Campuran tersebut dituangi air mendidih sambil diaduk sampai homogen, lalu panci ditutup dan diangkat dari api
4.Biarkan selama 20 menit, kemudian disaring. Tapisannya adalah ekstrak kopi yang kita kehendaki.

Pembuatan Kecap

Bahan :
1. Kedelai hitam 1 kg
2. Garam dapur 500g
3. Gula kelapa/aren 1kg
Dan bahan bahan pengharum/bumbu spt;
1. Wijen
2. Daun salam
3. Kemiri
4. Sere
5. Adas
6. Lengkuas
7. Pekak
8. Ebi
Alat-alat:
1. Panci
2. Nyiru
3. Wajan
4. Sendok
5. Kalo
6. Kompor
Cara Pembuatan:
Mula-mula kedelai dicuci dengan air sampai bersih, direndam lebih kurang 1 malam dengan 3 liter air. Keesokan harinya kedelai yang sudah berkembang direbus dengan air sampai masak dan lunak. Selanjutnya kedelai yang telah masak ini ditus dalam kalo supaya airnya keluar, kemudian kedelai diletakkan di atas nyiru. Setelah dingin diatur supaya merata diatas nyiru, gunakan sendok untuk meratakannya. Kedelai lalu ditutup dengan daun waru atau dengan nyiru lain.
Biarkan selama 3 hari sehingga tumbuh jamur, jamur yang ada diratakan. Jamur yang timbul ini berguna untuk memudahkan ekstraksi protein yang terkandung dalam kedelai.
Kemudian kedelai yang telah penuh ditumbuhi dengan jamur dikeringkan sampai benar-benar kering hingga semua jamurnya mati. Kemudian kedelai dikosek dengan tangan sehingga jamur terlepas dari kedelai berkali-kali sampai semua jamurnya hilang. Sementara itu buat larutan garam dapur 25% (dalam air) dengan cara melarutkan 500 gram NaCl dalam 2 liter air panas. Kedelai yang sudah bersih dari jamur lalu direndam dalam larutan garam 25% dalam sebuah wadah. Sebaiknya rendaman ini setiap hari dijemur di panas matahari agar ekstraksi protein yang terjadi berhasil baik. Kalau airnya berkurang, tambah air lagi agar volumenya tetap. Perendaman dilakukan selama seminggu atau lebih, kemudian baru langkah pemasakan kecapnya.

Cara memasak I
Semua bumbu digoreng sangan sampai masak (tanpa minyak), lalu ditumbuk sampai halus. Kedelai yang sudah direndam tersebut diatas kemudian direbus dengan 5 liter air selama kira-kira 3 jam, lalu dinginkan, saring dengan kain yang bersih. Air saringan ini berwarna keruh dan merupakan bahan kecapnya. Bahan kecap ini di tambah sedikit air bersih dan larutan gula kelapa/aren (dibuat dari 1 kg gula + 300 ml air), lalu dimasak sampai mendidih, terus di tambah bumbu yang telah dihaluskan tadi.
Biarkan mendidih selama 3 jam, lalu biarkan mendingin, lalu disaring. Air saringan ini merupakan kecap yang masih encer, agar menjadi kecap yang kental, maka perlu dipanaskan lagi. Kecap yang baik kalau diukur kepekatannya ± 270 Be.

Cara memasak II
Kedelai yang sudah direndam tersebut diatas kemudian disaring. Air saringannya direbus selama lebih kurang 3 jam, lalu ditambah bumbu kecap yang sudah di haluskan. Tunggu sampai mendidih, lalu dinginkan. Dalam tempat lain dibuat larutan gula kelapa/aren (dibuat dari 1 kg gula + 300 ml air) sambil dipanaskan sampai mendidih. Larutan kecap maupun bumbu kemudian disaring dengan kain bersih, lalu campurkan keduanya dengan perbandingan menurut selera. Campuran tersebut kemudian direbus sampai mencapai kekentalan yang diinginkan.

Catatan:
1.Bumbu kecap banyak variasinya yang biasanya dirahasiakan pabrik pembuat kecap karena mempengaruhi rasa kecap itu sendiri.
2.Proses pemasakan kecap sudah dianggap selesai jika bumbu telah benar-benar masuk dan mencapai kekentalan tertentu.
3.Sebelu dimasukkan botol, biasanya kecap disimpan dalam guci dari tembikar, semakin lama disimpan, makin enak rasanya.
4.Bahan kecap bisa bervariasi, mdari bungkil kacang tanah, ampas yahu, dll.
5.Untuk menambah kekentalan, kadang ditambahkan zat pengental, seperti larutan kanji atau tetes tebu (melase)

Antara Kurikulum, Pengajaran dan Buku Teks

Dewasa ini terdapat banyak sekali definisi kurikulum, yang kalau dipelajari secara mendalam ternyata dipengaruhi oleh filosofi atau aliran filsafat tertentu. Pertama, pakar kurikulum yang beraliran perenialisme mendefinisikan kurikulum sebagai ”subject matter” atau mata pelajaran, ”content” atau isi, dan ”transfer of culture” atau alih kebudayaan (Said Hamid Hasan, dari Tanner dan Tanner, 1980: 104). Kedua, pakar kurikulum yang menganut aliran essesialisme mendefinisikan kurikulum sebagai ”academic exellence” atau keunggulan akademis dan ”cultivation of intellect” atau pengolahan intelek.
Oliva (1997:12) menyatakan secara tegas bahwa "Curriculum itself is a construct or concept, a verbalization of an extremely complex idea or set of ideas". Dengan kata lain, salah satu pengertian yang melekat pada kurikulum adalah kurikulum sebagai verbalisasi dari ide atau gagasan yang sangat kompleks yang ingin dicapai oleh dunia pendidikan.
Kurikulum sebagai dokumen dan sebagai konsep tidak mempunyai makna apa-apa jika tidak dilaksanakan oleh pendidik dalam proses pengajaran dan pembelajaran di dalam atau di luar kelas. Bahkan, dalam proses pelaksanaan atau penerapan kurikulum itu sendiri juga menjadi salah satu materi tersendiri dalam kurikulum itu, yang kita kenal sebagai kurikulum tersembunyi. Dalam kenyataan di lapangan apa yang dilakukan oleh guru di dalam dan di luar sekolah akan menjadi pengalaman belajar yang sangat mempengaruhi peserta didik. Dan oleh karena itulah maka pengalaman belajar yang diperoleh siswa di sekolah dalam proses pelaksanaan kurikulum ideal disebut sebagai kurikulum yang sebenarnya (real curriculum) atau kurikulum faktual (factual curriculum).
Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36ayat (3) menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
1.Peningkatan iman dan takwa
2.Peningkatan akhlak mulia
3.Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik
4.Keragaman potensi daerah dan lingkungan
5.Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
6.Tuntutan dunia kerja
7.Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
8.Agama
9.Dinamika perkembangan global
10.Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
HildaTaba mencoba memandang kurikulum dari sisi lain. Dia menganggap bahwa suatu kurikulum biasanya terdiri atas tujuan, isi, pola belajar-mengajar, dan evaluasi. Pandangan Taba tentang kurikulum yang lebih fungsional ini diikuti oleh tokoh-tokoh lain, diantaranya adalah Ralph W. Tyler.
Menurut Tyler, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam proses pengembangan kurikulum dan pengajaran, yaitu:
1.Tujuan apa yang ingin dicapai?
2.Pengalaman belajar apa yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan?
3.Bagaimana pengalaman belajar itu diorganisasikan secara efektif?
4.Bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan?
Jika kita mengikuti pandangan Tyler di atas maka pengajaran tidak terbatas hanya pada proses pengajaran terhadap satu bahan tertentu saja, melainkan dapat pula diterapkan dalam pengajaran untuk satu bidang studi atau pengajaran di suatu sekolah. Demikian pula kurikulum, dapat dikembangkan untuk kurikulum suatu sekolah, kurikulum bidang studi atau pun kurikulum untuk suatu bahan pelajaran tertentu.
Atas dasar pandangan tersebut, kita sebagai guru dapat mengembangkan kurikulum untuk berbagai tujuan. Namun satu hal perlu dijadikan dasar dalam pengembangan kurikulum, yaitu bahwa semua keputusan yang dibuat haruslah mempunyai landasan berpijak yang kokoh. Ini dimaksudkan agar kurikulum yang dibuat dapat menuntun murid mencapai tujuan jangka pendek yang dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan jangka panjang itu.
Yang dimaksud pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Unruh dan Unruh (1984:97) mengatakan bahwa proses pengembangan kurikulum a complex process of assessing needs, identifying desired learning outcomes, preparing for instruction to achieve the outcomes, and meeting the cultural, social, and personal needs that the curriculum is to serve.
Komponen-komponen Kurikulum yaitu:
1.Komponen tujuan
Yaitu arah atau sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelenggaraan pendidikan. Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai tujuan, karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai, atau sebagai gambaran tentang hasil akhir dan suatu kegiatan.
2.Komponen isi
Yaitu pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah. Dalam hal ini murid melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh pengalaman belajar tersebut. Pengalaman-pengalaman ini dirancang dan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga apa yang diperoleh murid sesuai dengan tujuan.
Ada beberapa kendala yang sering menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah, yakni guru dalam proses belajar mengajar hanya menyampaikan materi yang bersifat fakta, tidak bersifat prinsipal. Misalnya dalam pelajaran matematika, murid hanya belajar tentang langkah-langkah memecahkan soal. Sedangkan prinsip umum yang berlaku bagi sesuatu bahan tidak diberikan. Alangkah baiknya jika kepada murid diberikan prinsip umum. Dengan prinsip umum ini murid diajari untuk memecahkan berbagai persoalan.
Memang tidak mudah untuk menentukan mana yang prinsip, mana yang bersifat fakta. Untuk itu dalam menentukan isi kurikulum diperlukan keahlian seseorang dalam sesuatu bidang atau mata pelajaran tertentu. Dengan keahlian itulah dapat dikaji struktur bahan yang menjadi isi kurikulum. Dalam hal ini tentunya diperlukan seorang guru yang berkompetensi.
3.Komponen metode proses belajar-mengajar
Metode atau Proses Belajar Mengajar yaitu cara murid memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan. Metode kurikulum berkenaan dengan proses pencapaian tujuan sedangkan proses itu sendiri bertalian dengan bagaimana pengalaman belajar atau isi kurikulum diorganisasikan. Setiap bentuk yang digunakan membawa dampak terhadap proses memperoleh pengalaman yang dilaksanakan. Untuk itu perlu ada kriteria pola organisasi kurikulum yang efektif.
Kriteria dalam merumuskan organisasi kurikulum yang efektif menurut Tyler adalah:
a.Berkesinambungan (continuity)
Yaitu adanya pengulangan kembali unsur-unsur utama kurikulum secara vertikal. Sebagai contoh, jika dalam pelajaran Bahasa pengembangan keterampilan membaca dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting, maka latihan membaca perlu dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan. Dengan demikian keterampilan murid dalam membaca dapat berkembang secara efektif melalui pelajaran di sekolah.
b.Berurutan (sequence)
Yaitu isi kurikulum diorganisasi dengan cara mengurutkan bahan pelajaran sesuai dengan tingkat kedalaman atau keluasan yang dimiliki. Sebagai contoh, keterampilan membaca dengan adanya kurikulum resmi seorang guru diharapkan dapat merumuskan bahan sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Dengan demikian, fungsi kurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari di sekolah.
c.Keterpaduan (integration)
4.Komponen evaluasi atau penilaian
Setelah kita mengetahui tentang konsep dan kedudukan kurikulum dalam pendidikan yang telah diuraikan secara luas, maka sekarang kita menginjak pada langkah-langkah atau cara mengembangkan kurikulum. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.Menentukan tujuan. Rumusan tujuan dibuat berdasarkan analisis terhadap berbagai tuntutan, kebutuhan dan harapan. Oleh karena itu, tujuan dibuat dengan mempcrtimbangkan faktor-faktor kebutuhan masyarakat, maupun murid, seperti kebutuhan masyarakat dan murid di daerah pedesaan.
2.Menentukan isi. Isi kurikulum merupakan materi yang akan diberikan kepada murid selama mengikuti proses pendidikan atau proses belajar-mengajar. Materi ini dapat berupa mata-mata pelajaran ataupun masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan, yang perlu dipelajari untuk mencapai tujuan.
3.Merumuskan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini mencakup penentuan metode dan keseluruhan proses belajar-mengajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
4.Mengadakan evaluasi. Evaluasi banyak bergantung kepada tujuan yang hendak dicapai. Hal ini sangat penting dalarn rangka menghasilkan balikan (feedback) untukmengadakan perbaikan. Oleh karena itu, evaluasi harus dilakukan terus-menerus, baik terhadap hasil maupun proses belajar.
Bagi para guru yang setiap hari berkecimpung dalam dunia pendidikan dan pengajaran, akan terasa benar betapa erat hubungan antara kurikulum dengan buku teks atau buku pelajaran. Begitu eratnya, terasa hubungan itu saling menunjang antara satu dengan yang lain.
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa kurikulum lebih dahulu daripada buku teks. Dan buku dianggap sebagai sarana penunjang bagi kurikulum tersebut. Walaupun begitu, tidaklah tertutup samasekali bahwa kurikulum lahir berdasarkan adanya buku yang dianggap relatif baik untuk dituruti dan diprogramkan dengan bersistem. Pada hakikatnya, kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah untuk menunjang suatu program pengajaran. Dengan demikian, antara kurikulum dan buku teks keberadaannya selalu berdekatan dan berkaitan. Atau dengan perkataan lain, kurikulum itu ibarat resep masakan dan buku teks adalah bahan-bahan yang dilakukan untuk mengolah masakan tersebut. Dalam hal ini pengolahan atau juru masaknya adalah guru.
Tentunya dalam menentukan materi ajaran tidak semudah yang kita bayangkan, dalam artian buku teks dapat kita gunakan sebagai acuan untuk mengajar. Dan tidak sedikit pula para pengajar yang pada akhirnya mengalami kekecewaan, karena mereka tidak mampu memilih materi secara tepat dan benar dalam memilih buku pelajaran sebagai acuannya. Apakah yang menjadi alasan pilihannya itu, karena buku itu pengarangnya orang hebat, atau bukunya tebal, atau penyajiannya sangat menarik, atau materinya bertumpu kepada satu keterampilan saja tanpa melihat pada keterampilan-kererampilan lainnya, atau metodanya bagus itu, terserah pilihannya masing-masing. Namun yang harus tetap kita waspadai adalah, apakah materi pelajaran dalam buku teks itu telah sesuai dengan tujuan dan sasaran institusi atau belum, bagaimana agar SK dan KD dapat mewadahi kedua kepentingan tersebut.
Jika kita mendapatkan indikasi-indikasi ketidak sesuaian atau ketidak selarasan antara output dan outcame maka perlu buku teks itu ditinjau kembali untuk diadakan direvisi. Dalam melakukan revisi terhadap materi pelajaran tentunya ada kaidah-kaidah akademik yang harus ikuti dan dipatuhi, serta langkah-langkah tahap persiapan untuk pengoreksian hasus dilaksanakan, agar proses revisi itu tepat sasaran. Berikut ini langkah-langkah persiapan revisi, antara lain:
1.Menjalankan penelitian dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar revisi buku-buku pelajaran sekolah dan materi-materi pengajaran baik.
2.Mengadakan proses penelitian dengan berdasarkan pada hasil-hasil penelitian dan kajian-kajian yang diselenggarakan oleh klub-klub debat ilmiah.
3.Menganalisis terlebih dahulu sebanyak mungkin buku teks yang membahas materi tertentu berdasarkan pada metoda untuk menganalisis isi buku-buku tersebut. Dengan melalui analisa tersebut memungkinkan untuk dapat mengenal karakteristik buku-buku teks dengan segala isinya yang berbeda-beda pada setiap aspek penyusunan buku. Melalui analisis inipun memungkinkan dapat mengetahui sejauhmana kedekatannya dengan kurikulum yang dikembangkan. Semua ini membantu dalam membatasi ketiga alternatif yang mengiringi setiap pertanyaan tentang metoda revisi buku.
4.Meletakkan bidang-bidang penting yang harus ada dalam proses revisi buku bidang-bidang penting adalah :
a.Dasar-dasar mempersiapkan buku.
Yang dimaksud dengan dasar-dasar mempersiapkan buku disini adalah mengenal tahapan- tahapan revisi buku sebelumnya sehingga sampai pada bentuknya yang terakhir, yang didalamnya berisikan hasil-hasil penelitian dan kajian-kajian yang dapat dijadikan sebagai rujukan oleh para penulis, dan juga sebagai landasan yang dijadikan sandaran oleh mereka.
b.Kandungan isi buku.
Yang dimaksud dengan isi buku disini adalah materi kebahasaan dan pendidikan yang dijadikan buku teks untuk para pelajar. Ada dua hal pokok yang nenyibukkan seorang penulis buku yaitu memilih isi buku dan cara menyusunnya. Dari hal tersebut muncul pertanyaan seputar masalah ini, dikarenakan mencakup berbagai unsur isi/ kandungan buku yang bermacam-macam (kosa kata, struktur kalimat, tata bahasa bentuk bahasa yang diajarkan dan kandungan pendidikan ) baik pada saat memilih isi maupun pada saat penyusunannya/ meletakkannya.
Kesimpulan berbahasa, maksudnya adalah keterampilan –keterampilan umum dan khusus yang dapat diperoleh para pelajar dari buku tersebut, baik keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Metoda mengajar yang dimaksud dengan metoda mengajar disini adalah pengajaran bahasa penyusunan isi buku/ kandungan buku.
Latihan dan penilaian. Yang dimaksud disini adalah mengetahui macam-macam bentuk latihan dan jumlahnya juga sejauh mana kekuatan latihan tersebut mampu mengokohkan keterampilan muridnya. Disamping itu juga agar mengenal bentuk/ gaya penilaian yang tersebar dalam buku dan dari penilaian tersebut dimungkinkan dapat mengenal sejauh mana orientasi buku tersebut telah tercapai.Alat-alat komponen pembantu yaitu alat-alat yang menyertai buku yang dapat membantu perealisasian orientasi yang sempurna, seperti petunjuk guru, tape recorder, kertas latihan dan lain-lain.
Desain buku teks. Yang dimaksud disini secara umum adalah format/ bentuk buku secara fisik, baik dari segi cetakannya maupun dari segi penyusunannya atau alat/ media-media belajar yang digunakan.
Penekanan secara umum. Yang dimaksud disini adalah mengetahui sejauh mana kecocokan buku teks dengan kurikulum dan program yang dipilih begitu juga perasaan guru yang nyaman dalam menggunakannya.
5.Setelah melaksanakan hal tersebut, selanjutnya meletakkan kaidah-kaidah pada setiap aspeknya, Kaidah-kaidah ini dibuat dalam bentuk bentuk pertanyaan yang dari situ kita akan mengetahui dengan jelas sejauh mana realisasi buku teks tersebut dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan.
6.Selanjutnya setiap pertanyaan diberi tiga alternatif. Ketiga alternatif tersebut memiliki nilai bertingkat yang pertama diberi nilai (2), sedangkan yang kedua diberi nilai satu (1) dan yang ketiga diberi nilai kosong. Maksud dari semua ini adalah untuk memberikan penilaian pada buku berdasarkan jumlah angka-angka sehingga memudahkan kita untuk dapat mengetahui intentitas /ukurannya buku tersebut dan membandingkan dengan bubu-buku lain dalam penelitian dan penyelesaiannya.
7.Penelitian berniat untuk meningkatkan kemampuan lewat latihan pada metoda penyelesaian ini, oleh sebab itu ketiga alternatif diatas diikuti oleh alternatif keempat ini, pengoreksi memberikan pendapat/ pandangan tentang isi buku yang belum disebutkan pada ketiga alternatif (pilihan). Didepannya diletakan tanda kurung yang didalamnya ditulis hasil penilaian pada buku pada pertanyaan tersebut.
8.Agar format umum pada buku teks tidak hilang pada saat penngoreksian dibagi kedalam beberapa unsur yang detail. Maka disini peneliti memfokuskan pada pertanyaan terakhir agar pengoreksi menulis pandangannya secara umum tentang buku teks tersebut, juga gambaran subyektifitas tentang sejauhmana kecocokan dia dengan buku yang ia pilih untuk dikoreksi.
9.Langkah terakhir menentukan tabel yang akan menyediakan nilai buku teks tersebut berdasarkan pertanyaan yang telah ditentukan. Sebaiknya tabel ini tidak menutup kemungkinan untuk dibandingkan dengan sekurang-kurangnya lima buku teks lainnya yang telah disiapkan untuk bahan pengoreksian dan agar bisamenyeleksiisi buku-buku tersebut. Tabel ini dinamakan dengan tabel penilaian buku. Dan berikut inimetoda pengoreksian langsung. Melalui tabel tersebut akan nampak nilai (kualitas) buku dan presentasi yang dihasilkan setiap buku sehingga dapat dibandingkan antara satu dengan yang lainnya.